[Book Review] Brave New World: Masa Depan Peradaban

 Hai!

Memasuki bulan Desember, sudah berapa buku yang dibaca bulan November lalu? :D

Selain All the Bright Places, akhir November kemarin aku baca sebuah buku dengan judul Brave New World karya Aldous Huxley dan baru saja kuselesaikan awal Desember ini. Buku ini sering sekali dikaitkan dengan 1984 karya George Orwell, dimana kedua buku ini mendasari imajinasi dan prediksi penulisnya akan bayangan dunia di masa depan. Karena aku belum pernah membaca 1984, maka dalam resensiku ini tidak akan ada perbandingan antara kedua buku ini, ya! 

Brave New World mulai ditulis pada tahun 1931 dan pertama kali diterbitkan satu tahun setelahnya (ya, sudah 88 tahun yang lalu!). Buku yang kubaca adalah versi Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2015 dan dikemas ke dalam 284 halaman. Genre buku adalah Dystopian/Science Fiction, menceritakan tentang kehidupan manusia pada tahun 632 A. F. (After Ford), beribu tahun dari sekarang. 



RINGKASAN

Cerita dalam buku ini dimulai ketika Direktur Penetasan dan Pengondisian, Tomakin, mengajak beberapa siswa berkeliling laboratorium di London untuk melihat bagaimana mereka menciptakan kelompok manusia baru menggunakan teknologi reproduksi modern. Embrio diciptakan melalui ovarium yang dimasukkan ke dalam wadah berpori dan direndam dalam larutan penuh spermatozoa. Di dunia ini bayi tidak 'dilahirkan', tapi 'dituang' ke dalam botol-botol. Setiap embrio juga sudah ditetapkan takdirnya, mulai dari kasta mereka sampai profesi yang akan diemban nantinya.


Pada waktu dituang, embrio itu amat kedinginan. Mereka ditakdirkan untuk beremigrasi ke daerah tropis, menjadi pekerja tambang dan pemintal sutra asetat serta buruh pabrik baja. Kelak pikiran-pikiran mereka akan dibentuk untuk mengesahkan penilaian dari tubuh mereka. "Kami mengondisikan mereka untuk tumbuh pesat pada udara panas," Foster mengakhiri. "Kolega kami di atas akan mengajari mereka untuk mencintainya."

"Dan itu," kata sang Direktur dengan tegas, "adalah rahasia kebahagiaan dan kebajikan--menyukai apa yang harus kau lakukan. Semua pengondisian bertujuan ke situ: membuat orang menyukai takdir sosial mereka yang tak terelakkan."

(bab Satu)


Para manusia akan dibagi ke dalam lima tingkatan: Alfa, Beta, Gama, Delta dan Epsilon. Kasta tinggi seperti Alfa dan Beta memiliki postur tubuh atletis, wajah menawan dan otak yang cemerlang. Mereka ditakdirkan sebagai pemimpin yang menjaga kestabilan dunia, sedangkan embrio yang ditakdirkan memiliki kasta lebih rendah seperti Gama, Delta dan Epsilon akan menjalani proses Bokanovsky, yaitu proses untuk memperbanyak manusia dimana satu ovarium bisa menciptakan sampai 96 manusia dewasa yang dirancang untuk menjadi pelayan bagi manusia Alfa dan Beta, dengan postur tubuh kerdil dan wajah buruk rupa. Walau takdir sosial kasta rendah terdengar mengerikan dan kasta tinggi terdengar menjanjikan, tapi setiap manusia tidak dirancang memiliki kesadaran untuk menolak takdir mereka. Sebaliknya, sedari kecil mereka akan didoktrin yang tertanam sampai ke alam bawah sadar untuk mencintai takdir sosial mereka dan merendahkan takdir sosial kasta lainnya.


"Anak Alfa pakai kelabu. Mereka kerja jauh lebih berat daripada kita karena mereka begitu mengerikan pintarnya. Aku sungguh senang aku adalah seorang Beta karena aku tidak bekerja begitu berat. Dan, kemudian kita jauh lebih baik ketimbang anak Gama dan Delta. Anak Gama bodoh. Mereka semua pakai hijau dan anak Delta pakai khaki. Oh, tidak, aku tidak mau main dengan anak Delta. Dan, anak Epsilon lebih buruk lagi."

(bab Dua)


Dunia ini diciptakan oleh beberapa ilmuwan yang menjabat sebagai Kontrolir Dunia, yang kerap kali disebut dengan 'Ford' atau 'Ford Kita'. Tidak ada konsep ketuhanan, hanya ada Ford. Manusia tidak lagi mengenal konsep agama. Segala peninggalan dari era terdahulu seperti kitab suci, buku sejarah dunia, sampai sastra dimusnahkan. Sebagai gantinya, para Ford menciptakan 'hiburan' baru untuk manusia pada zaman itu. Film erotis dihadirkan untuk publik, seks bebas merupakan suatu budaya, dan obat-obatan candu seperti tablet soma didistribusikan secara merata oleh pemerintah. Seluruh konsep pada era terdahulu yang berpotensi mengancam kestabilan dunia dihapuskan. Tidak ada pernikahan, tidak ada orangtua, tidak ada kesetiaan dalam suatu hubungan. Jiwa manusia diredam, segala benih kegusaran diganti dengan konsep kebahagiaan abadi dan pemerintah hanya ingin mereka mempelajari apa yang harus dipelajari. 


Tidak heran orang-orang pramodern malang itu gila dan kejam serta sengsara. Dunia mereka tidak membiarkan mereka mengambil hal-hal dengan mudah, tidak membiarkan mereka waras, saleh, bahagia. Bagaimana mereka bisa stabil?

Tidak ada peradaban tanpa stabilitas sosial. Tidak ada stabilitas sosial tanpa stabilitas individu.

(bab Tiga)


Seorang psikolog bernama Bernard Marx dan pengajar universitas bernama Helmholtz Watson hadir di pertengahan cerita buku ini. Keduanya seorang Alfa-Plus yang 'tiba-tiba' merasa keheranan akan adanya sistem kelas di dunia itu. Bernard--yang sering terpinggirkan karena fisiknya tidak terlihat seperti Alfa-Plus kebanyakan, dan malah cenderung terlihat seperti seorang Gama--merasa diperbudak oleh pengondisiannya. Di sisi lain, Helmholtz--pria atletis dengan rambut hitam keriting dan wajah yang menawan--tertarik pada suatu hal lain di luar sistem negaranya, walau sebenarnya dia sendiri juga belum tau apa pastinya yang dia cari.


Dia memandang Bernard dengan penuh tanda tanya. "Aku memikirkan satu perasaan aneh yang sering kurasakan, satu perasaan bahwa aku punya sesuatu yang penting untuk dikatakan dan kekuatan untuk mengatakannya--hanya saja aku tidak tahu apa itu, dan aku tidak bisa memanfaatkan kekuatan itu."

(bab Empat)


"Bagaimana aku bisa?" Bernard mengulang sambil merenung. "Tidak, masalah yang sebenarnya adalah: Bagaimana aku tidak bisa, atau lebih tepatnya--karena, bagaimanapun aku tahu benar kenapa aku tidak bisa--kira-kira seperti apa jika aku bisa, jika aku bebas--tidak diperbudak oleh pengondisianku. Apa kau tidak berharap kau bebas, Lenina?"

(bab Enam)


Karena "cacat" fisiknya, Bernard memiliki suatu ketakutan kronis untuk diremehkan. Ia seorang Alfa-Plus, yang seharusnya memiliki rasa superioritas yang tinggi, justru merasa rendah. Hal ini membuatnya merasa anomali setiap kali ia berkumpul dengan orang Alfa lainnya dan akhirnya merasa lebih senang menyendiri. Keingintahuannya akan asal-usul sistem dunia dan rasa "kesendiriannya" (yang sebenarnya para Ford tidak merancang adanya rasa "kesepian" bagi tiap manusia yang diciptakan) membuat Bernard suatu hari mengajukan perizinan mengadakan perjalanan kepada Tomakin dan Mustapha Mond--Kontrolir Dunia untuk Eropa Barat. Tempat yang ia tuju adalah Reservasi Orang Liar di New Mexico, tempat dimana beberapa manusia menolak meninggalkan adat lama yang 'tabu' dan 'menjijikan', seperti menikah, melahirkan dan berkeluarga. 


"Dunia kita tidak sama seperti dunia Othello. Kau tidak bisa membuat mesin tanpa baja--dan kau tidak bisa membuat tragedi tanpa ketidakstabilan sosial. Dunia sekarang stabil. Orang-orang bahagia: mereka memperoleh apa yang mereka inginkan, dan mereka tidak pernah menginginkan apa yang tidak bisa mereka peroleh. Mereka kaya; mereka aman, mereka tidak pernah sakit; mereka tidak takut mati; mereka tidak peduli hasrat dan usia tua; mereka tidak terganggu tanpa ayah atau ibu; mereka tidak punya istri, atau anak-anak, atau kekasih agar merasa kuat; mereka begitu terkondisi sehingga praktis mau tidak mau mereka akan berperilaku seperti seharusnya. Dan, jika ada sesuatu yang salah, ada soma, yang kau buang ke luar jendela demi nama kebebasan, Tuan Liar. Kebebasan!"

(bab Enam Belas)


Manusia di Reservasi Orang Liar memiliki wujud yang mengerikan. Mereka berbicara dengan bahasa kuno (bahasa Indian, yang saat itu sudah lama punah), mereka menua, kulit mereka berkeriput dan mengendur. Mereka gemuk dan berpenyakit. Hal ini cukup aneh  dan memuakkan bagi Bernard, tapi juga memacu keingintahuannya. Tanpa disangka, di sana ia bertemu dengan Linda, seorang Beta-minus yang terdampar di sana saat dulu sekali mengunjungi Reservasi Orang Liar namun tersesat dan kehilangan arah jalan pulang. 

Setelah bertahun-tahun terdampar di sana, Linda ikut menua. Wajahnya tidak lagi muda dan lemak pada tubuhnya tidak terkontrol (karena tidak ada perawatan khusus di Reservasi Orang Liar, tidak ada tablet soma maupun obat-obatan lainnya). Linda juga 'melahirkan' John, sebuah aib yang seringkali membuat dirinya jijik namun di satu sisi juga ada rasa tidak tega untuk menelantarkan John. 

Adanya keinginan yang kuat dalam diri Bernard untuk diakui dan dihormati membuatnya merasa bahwa membawa Linda dan John kembali ke asalnya sebagai sebuah penemuan untuk bahan penelitian merupakan kesempatan yang bagus untuknya. Kejadian ini ditanggapi dengan baik oleh segala pihak--para pejabat, reporter, sampai Linda yang rindu kembali ke dunia asal serta John yang selama ini merasa terasingkan oleh para manusia di Reservasi Orang Liar. 

Sayangnya, peradaban dan kebahagiaan abadi yang dielukan itu ternyata menjadi bumerang tersendiri bagi John untuk memulai kehidupan di dunia barunya--dunia baru yang berani.


"Menurutku," Helmholtz berseru pelan, "kau terlihat sakit, John!"

"Apa kau memakan sesuatu yang tidak cocok denganmu?" tanya Bernard. Si Liar mengangguk. "Aku memakan peradaban."

"Apa?"

"Itu meracuniku; aku tercemar. Dan, kemudian," dia menambahkan dengan nada pelan, "aku memakan keburukanku sendiri."

(bab Tujuh Belas)


KOMENTAR

Sepertinya ini kali pertama aku membaca buku yang sangat scientific seperti ini. Aku cukup suka ide utama dari buku ini; menciptakan manusia lengkap dengan karakteristiknya, menstabilkan dunia dan mengenalkan mereka dengan konsep kebahagiaan abadi--terdengar sempurna tapi ternyata merusak arti dari peradaban itu sendiri. Buku ini sukses buat aku mikir, manusia yang diciptakan bermartabat sedemikian rupa pada akhirnya malah terkesan nggak beradab dan berperasaan. Kebahagiaan abadi dan kestabilan membuat mereka kehilangan jiwa dan kebebasan individual.

Seks bukan hal yang tabu, berganti pasangan sebanyak mungkin juga merupakan budaya dari  para manusia dalam buku ini. Sebaliknya, pernikahan dan berkeluarga malah menjadi hal yang memalukan untuk dibicarakan, bahkan kata "ayah" dan "ibu"-pun merupakan suatu kata yang haram untuk disebut. Sebenarnya buku ini membawakan cerita yang cukup berat dan serius, tapi karena adanya pandangan yang sangat bertolakbelakang ini, beberapa adegan cukup buat aku tertawa kecil karena terlihat lucu sekaligus ironis. 

Alur dalam buku ini terkadang lompat-lompat, yang terkadang buat aku bingung tapi nggak begitu mengganggu. Karena buku yang kubaca adalah buku terjemahan, gaya terjemahan dari buku ini menurutku agak kaku dan 'buat mikir'. Aku nggak tau apakah bahasa asli dari buku ini memang berat juga (mengingat buku ini bergenre science-fiction), tapi beberapa kosakata dalam buku ini kerapkali membuatku buka kamus dulu, haha. Not that it's a really bad thing, sih, karena aku senang jadi belajar beberapa kosakata baru. 

Untuk buku dengan genre dystopian science fiction dengan ide cerita yang brilian dan kompleks seperti ini, aku pikir halaman dari buku ini cukup sedikit, ya. Terbukti sampai di akhir cerita, masih banyak sekali pertanyaan yang nggak terjawab, atau alasan yang nggak dijelaskan dibalik beberapa kejadian--yang mungkin memang sengaja dibuat samar dan menggantung oleh penulis. Tokoh-tokoh dalam buku ini pun bukan merupakan suatu fokus utama, karena memang keseluruhan buku berfokus pada ide cerita dan perbedaan pemahaman antara manusia 'beradab' dengan manusia zaman sekarang (yang dalam buku ini disebut sebagai manusia 'liar'). 

Akhir dari buku ini cukup mengagetkan buatku, I never saw it coming--nggak nyangka Aldous Huxley akan mengakhiri cerita seperti yang dia lakukan pada buku ini. Aku cukup suka akhir plot-twist dan nggak ketebak macam ini, jadi aku akan bilang bahwa buku ini bagus untuk dibaca! Haha. Mungkin sedikit minus bagiku adalah karakter pada tokoh Bernard Marx, yang di awal buku aku kira akan menjadi "kunci" pemberontakan, tapi justru semakin lama karakternya malah... go downhill, nggak seperti yang aku harapkan, haha. Again, mungkin karena buku ini nggak benar-benar memiliki tokoh utama jadi cerita ini nggak terlalu menggali character development tiap tokohnya. 

Baiklah..sampai situ dulu resensiku. Kalau ada yang ingin berdiskusi dan bertukar pandangan mengenai buku ini, i'd really love to! Just hit me up right away, please! :D

Pos ini akan aku akhiri dengan kalimat yang diutarakan John saat bercengkerama dengan Mustapha Mond pada bab Enam Belas dan Tujuh Belas, 


"Tapi, mengapa itu dilarang?" tanya Si Liar. Karena gembira bertemu seseorang yang sudah membaca Shakespeare, untuk sejenak dia melupakan segala sesuatu yang lain. 

Sang Kontrolir mengangkat bahu. "Karena itu buku tua; itu alasan utamanya. Kami tidak menggunakan benda-benda tua di sini."

"Bahkan jika indah?"

"Terutama jika indah. Kecantikan itu menarik, dan kami tidak ingin orang-orang tertarik dengan benda lama. Kami ingin mereka menyukai benda-benda baru."

(bab Enam Belas)


"Tapi, aku tidak ingin kenyamanan. Aku ingin Tuhan, aku ingin puisi, aku ingin bahaya nyata, aku ingin kebebasan, aku ingin kebaikan, aku ingin dosa."

(bab Tujuh Belas)


Rate : 🐇🐇🐇🐇

Stay kind, stay happy!

a.h.m.🐇
Jakarta, Indonesia
Desember 2020
15:34







Comments